Minahasa Utara Kena Inflasi Tinggi, Apa Kabar Dompet Anak Muda?

Penulis : Soli Deo Glory Omega Wagiu, S.H, Mahasiswa Program Studi Magister Hukum Universitas Negeri Manado

Artikel – Beberapa waktu lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara merilis data yang cukup bikin dahi berkerut: Minahasa Utara mencatat inflasi tertinggi di Sulut, mencapai 3,96 persen dengan IHK 113,87. Ini bukan sekadar angka di laporan, tapi realitas yang mulai terasa di pasar-pasar tradisional, warung, hingga dompet anak muda.

Pertanyaannya: apa kabar dompet anak muda Minahasa Utara?

Inflasi Itu Nyata, Bukan Cuma Istilah Ekonomi

Generasi Z di Minahasa Utara mungkin belum semuanya sadar betul apa itu inflasi. Tapi ketika harga beras naik, harga ikan segar melonjak, dan belanja bulanan makin bikin kaget—saat itulah inflasi terasa nyata.

Yang bikin masalah bukan cuma harga cabai atau beras, tapi gaya hidup kita yang sering ngalor-ngidul di dunia digital. Nongkrong di kafe tiap minggu, belanja online demi FOMO, sampai langganan streaming. Tanpa sadar, inflasi menyerang dari dua arah: harga kebutuhan pokok naik, pengeluaran gaya hidup jalan terus.

Generasi Z: Korban atau Pelaku Perubahan?

Saya percaya Generasi Z bukan generasi lemah. Tapi kita juga harus jujur: banyak anak muda belum siap menghadapi krisis seperti ini. Kenapa?

1. Pendapatan Masih Minim
Banyak yang baru mulai kerja atau bahkan masih bergantung pada orang tua. Yang sudah punya usaha pun masih skala kecil, gampang goyah saat harga bahan baku naik.

2. Literasi Keuangan Rendah
Kita sering lebih tahu harga outfit daripada harga cabai. Kalau inflasi terus naik, mau sampai kapan kita cuek?

3. Gaya Hidup Konsumtif
Kita sering merasa “nggak apa-apa” beli hal kecil terus-menerus, padahal kalau dikumpulkan, bisa buat tabungan atau tambahan modal usaha.

Harus Mulai Bergerak: Ini Saatnya Dewasa Finansial

Inflasi ini ujian mental, bukan cuma masalah angka. Kalau kita nggak mulai belajar mengatur uang sendiri, kita akan terus jadi korban situasi. Tapi kabar baiknya, Generasi Z itu kreatif dan melek teknologi. Harusnya kita bisa:

✅ Mulai bikin anggaran pengeluaran pribadi.
✅ Cari penghasilan tambahan, meskipun kecil.
✅ Belajar investasi mikro.
✅ Aktif mendukung UMKM lokal.

Bayangkan kalau anak muda Minahasa Utara ramai-ramai dukung usaha teman sendiri, promosi lewat media sosial, atau bikin usaha bareng. Inflasi boleh tinggi, tapi semangat kita jangan rendah.

Penutup

Minahasa Utara boleh kena inflasi tinggi, tapi jangan sampai semangat anak mudanya ikut menipis. Generasi Z harus jadi generasi yang cerdas, bukan cuma keren di media sosial. Bukan waktunya lagi pura-pura nggak tahu soal harga beras atau ikan. Ini saatnya kita jadi generasi yang sadar finansial, kreatif cari peluang, dan saling bantu satu sama lain.
Kalau harga-harga naik, setidaknya kita juga harus ikut naik level.