MITRA, TeropongRakyat — Zainal Supit, seorang pengusaha yang selama ini dikenal aktif di sektor pertambangan, membantah keras tuduhan bahwa dirinya masih terlibat dalam aktivitas tambang ilegal di Ratatotok, Minahasa Tenggara. Tuduhan tersebut muncul setelah adanya pemberitaan dari beberapa media online dan oknum LSM yang menyebutkan bahwa Zainal masih menjalankan operasi tambang di kawasan Alason.
Dalam keterangan pers yang digelar di Ratatotok, Kamis 27 April 2024 Sore, Zainal menegaskan bahwa dirinya sudah tidak lagi terlibat dalam kegiatan pertambangan di Ratatotok sejak beberapa bulan lalu.
“Saya sudah berhenti beroperasi di Ratatotok dan tidak memiliki kaitan dengan aktivitas tambang ilegal,” ujar Zainal dengan tegas.
“Jadi yang saya resah sekarang kenapa ada media-media lain muat berita tanpa konfirmasi dengan saya, itu yang saya keberatan, kenapa tidak ada konfirmasi,” tambah Zainal.
Menurut Zainal ia berhenti melakukan penambangan karena ada media dan oknum LSM yang sengaja mengiring opini sesat dan menghambat investasi di Ratatotok.
“Saya berhenti bertambang karena terlalu banyak masalah-masalah, dari oknum LSM lah, dari media pokonya banyak masalah dan membuat pemberitaan tidak benar waktu saya masih beraktivitas,” kesalnya.
Inal menyatakan bahwa, seluruh lahan serta aset pertambangan telah berpindah tangankan alis telah dijual ke orang lain sejak Mei 2024 lalu.
“Sejak tiga bulan lalu saya sudah tidak lagi beraktivitas, karena sudah dijual,” beber Inal.
Untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari Inal mengaku saat ini telah kembali menjadi petani.
“Yah untuk sekarang jadi petani Jo pak, istrahat,” bebernya kembali.
“Ini saya sudah melakukan jumpa pers untuk menjelaskan ke publik bahwa saya sudah tidak lagi melakukan aktivitas pertambangan di Alason karena banyak isu-isu yang berkembang saya masih melakukan pertambangan rakyat, jika ada pihak-pihak yang mengaitkan nama saya di pertambangan itu fitnah dan pencemaran nama baik, saya akan tempuh jalur hukum ” tegasnya kembali.
Sementara itu, Ketua Aliansi Lingkar Tambang Ratatotok, Valdy Suak menjelaskan aliansi ini hadir untuk melindungi para penambang.
“Jadi kita hadir sebenarnya untuk mewadahi para penambang, kejadian seperti yang dialami pak Inal ini tentu menjadi perhatiannya kita aliansi karena 90 masyarakat Ratatotok adalah penambang dan perputaran ekonomi Ratatotok dihasilkan dari penambang, ketika tambang ini tidak ada tentu ekonomi di Ratatotok tidak akan jalan. Dari pertokoan, pasar perputaran itu dari tambang semua,” ucap Valdy.
Valdy mengaku akan terus mengawal dan melindungi para penambang Ratatotok.
“Tentu saya harapkan dari pak Inal itu ketika dia tidak lagi beraktivitas tapi ada hal seperti itu, tentu ada tindakan hukum yang harus diambil, saya sarankan dan saya selaku ketua aliansi siap mengawal, kita akan proses hukum ketika ada pencemaran nama baik masyarakat Ratatotok, karena saya sebagai ketua aliansi bukan hanya mengurus masalah tambang tapi juga saya menjaga harga diri dan marwah masyarakat Ratatotok jadi kalau ada hal seperti itu tentu kita tidak akan diam ada oknum-oknum yang dengan sengaja meresahkan wilayah di Ratatotok,” tegas Valdy.
Valdy menyayangkan ada pihak-pihak yang sengaja mengiring opini dan menakut-nakuti agar mereka berhenti melaukan aktivitas pertambangan rakyat yang tentu akan berdampak besar pada perekonomian masyaraka Ratatotok.
“Nah kita jadi prihatin karena hal seperti ini seringkali masyarakat yang hanya mencari makan dari aktivitas penambangan seringkali resah dengan ulah beberapa oknum yang secara sengaja bahkan secara brutal mengiring opini sehingga aktivitas masyarakat itu bisa berhenti, padahal kita ketahui pertambangan di Ratatotok bisa menghasilkan tenaga kerja yang cukup banyak, satu lokasi itu bisa mempekerjakan ratusan orang dan ketika itu ditutup tentu akan berdampak besar pada masyarakat,” jelasnya.
Valdy menegaskan jika aktivitas pertambangan rakyat di Ratatotok ditutup akan sangat berdampak pada kondisi sosial masyarakat, kriminal meningkat dan mengancam kemanan wilayah Ratatotok.
“Memang pertambangan Ratatotok itu tidak memiliki ijin, tapi ketika tambang Ratatotok itu ditutup maka akan terjadi banyak gangguan yang terjadi, terutama masalah kamtibmas, karena pengalaman kita tambang tutup beberapa waktu lalu sering terjadi kekacauan atau bentrok antar kelompok sampai terjadi kasus pencurian meningkat,” kata Valdy.
Lanjutnya, “Tambang Ratatotok bukan hanya untuk masyarakat Ratatotok saja tapi untuk masyarakat Sulawesi Utara, dan kita masyarakat tidak diam sekarang kita sudah berproses mengurus ijin, tapi kita tau bersama mengurus ijin itu tidak mudah itu cukup sulit atau rumit sehingga butuh proses tapi kita tidak diam, kita tidak mau berjalan secara ilegal, kita berharap nanti kita punya WPR (Wilayah Pertambangan Rakyat) sehingga kita bisa lebih tenang dan nyaman melakukan aktivitas pertambangan. Saya pribadi berharap dari aparat dan pemerintah bisa melihat dampak sosialnya nanti jika tambang di tutup,” pungkasnya.(One/red).